Suhaimi, Suhaimi (2023) Interaksi sosial keagamaan dalam pola penyebaran ajaran tasawuf lokal pada islam wetu telu di Desa. Undergraduate thesis, UIN Mataram.
Text
Suhaimi 170602031.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) |
Abstract
INDONESIA Interaksi sosial keagamaan merupakan cara yang digunakan oleh masyarakat sasak dalam mempertahankan nilai dan norma yang terkandung dalam setiap ajarannya yang di kenal dengan islam wetu telu, yang dalam tradisi keilmuan tasawuf di kenal dengan tasawuf lokal yaitu tasawuf yang sudah beradaptasi dengan kearifan lokal (local wisdom). Wetu telu terus berkembang dan dipertahankan eksistensinya oleh masayarakat Dusun Rebakong Desa Kayangan Lombok Utara, karna islam wetu telu merupakan akulturasi agama dan budaya yang ada pada masyarakat suku sasak, dalam penyebaran ajaran tasawuf lokal ini, tokoh penyebar ajaran tasawuf lokal menggunakan kitab yang diwariskan secara turun temurun oleh Sunan Prapen pada abad ke-17 yaitu, kitab bayanullah, bayanul alif dan bayanul hak, yang notabene nya berisi ajaran tasawuf lokal. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses interaksi sosial dalam pola penyebaran ajaran tasawuf lokal Islam Wetu Telu, untuk mengetahui Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial dalam penyebaran ajaran tasawuf lokal Islam Wetu Telu, untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat interaksi sosial dalam penyebaran ajaran tasawuf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dalam pengumpulan data menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjeknya adalah masyarakat Desa Kayangan Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara dan dalam penelitian ini peniliti banyak membahas tentang proses dalam pola penyebaran ajaran tasawuf yang terjadi pada masyarakat Desa Kayangan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: a) proses penyebaran ajaran tasawuf lokal hanya dilakukan kepada jama’ahnya saja, Kajian yang dilakukan tidak terikat jadwal, biasanya sebelum melakukan kajian, tokoh memulainya dengan obrolan- obrolan ringan agar para jama’ah yang mengkaji ajaran tasawuf lokal tidak kesulitan dan cepat dalam memahami ajaran tersebut. b) bentuk-bentuk interaksi sosial pada Islam Wetu Telu diantaranya: (1) Kerahasiaan konten ajaran tasawuf lokal yang tidak boleh disebarluaskan secara umum, (2) mempertahankan kearifan lokal yang sudah ada., (3) menjaga nilai-nilai yang sudah diyakini sebelumnya. Selain itu, adanya dorongan dan semangat yang diberikan oleh para jama’ah, masyarakat sekitar, bahkan instansi pemerintah setempat. Adapun faktor penghambat seperti tuduhan-tuduhan sesat kepada ajaran tasawuf lokal serta konflik yang berujung kepada pengucilan sosial.
Actions (login required)
View Item |