Yanwari, Lalu Iswandi (2022) Shalat gerhana ketika tidak tampak menurut pandangan Tuan Guru Nahdlatul Ulama di Lombok. Undergraduate thesis, UIN Mataram.

[img] Text
Lalu Iswandi Yanwari 180204014.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

INDONESIA Pada saat terjadinya gerhana Bulan dan Matahari, maka umat Islam disunnahkan untuk melakukan salat gerhana. Dalam hadis menyatakan bahwa “apabila engkau melihat (ra’aitum) gerhana maka salatlah”. Makna ra’aitum dalam hadis tersebut apakah harus secara langsung atau cukup hanya mengetahui sedang terjadi gerhana. Lalu bagaimana ketika menurut perhitungan bahwa sedang terjadi gerhana, namun tidak terlihat disebabkan oleh faktor cuaca dan lainnya. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan Tuan Guru Nahdlatul Ulama di Lombok terkait salat gerhana ketika tidak tampak dan makna lafadz ra’aitum dalam hadis tentang gerhana. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan menjadikan pandangan para Tuan Guru Nahdlatul Ulama sebagai sumber data primer. Sumber data sekunder adalah literatur-literatur dan manuscript yang sesuai dengan tema penelitian. Adapun analisis data yang digunakan adalah, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari penelitian ini adalah, menurut para Tuan Guru Nahdlatul Ulama di Lombok makna lafadz ra’aitum dalam hadis tentang gerhana adalah melihat secara langsung dengan mata kepala atau dibantu dengan alat seperti teleskop dan lainnya. Apabila gerhana tidak terlihat secara langsung maka tidak disunnahkan untuk melaksanakan salat gerhana. Adapun penyebab tidak terlihatnya gerhana ada tiga faktor. Pertama, karena memang suatu wilayah tidak dilewati oleh gerhana dan salat gerhana hanya dibebankan kepada orang yang wilayahnya dilalui oleh gerhana. Kedua, gerhana yang terjadi adalah gerhana Bulan penumbra, yang dalam astronomi gerhana Bulan penumbra terhitung sebagai gerhana, namun tidak dalam fiqih. Ketiga adalah dikarenakan cuaca yang buruk. Apabila melihat gerhana sebelum tertutupi oleh cuaca buruk, maka boleh melaksanakn salat gerhana. Namun apabila belum pernah melihat gerhana tersebut dan terjadi cuaca yang buruk maka tidak disunnahkan melaksanakan salat gerhana. Para ulama atau para ahli astronomi dan pemerintah, harus lebih banyak lagi melakukan sosialisasi, edukasi atau kajian-kajian yang berkaitan dengan pelaksanaan salat gerhana itu sendiri.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: salat gerhana; makna lafadz ra’aitum; tuan guru nahdlatul ulama
Subjects: 02 PHYSICAL SCIENCES > 0201 Astronomical and Space Sciences > 020111 Islamic Astronomy (Falak) > 02011104 Solar and Lunar Eclipse
02 PHYSICAL SCIENCES > 0201 Astronomical and Space Sciences > 020199 Astronomical and Space Sciences not elsewhere classified
Divisions: Fakultas Syariah > Jurusan Ilmu Falaq
Depositing User: Yunita Lestari S.Adm, M.Sos
Date Deposited: 04 Jan 2023 02:28
Last Modified: 04 Jan 2023 02:28
URI: http://etheses.uinmataram.ac.id/id/eprint/3588

Actions (login required)

View Item View Item